WhatsApp
Loading...

Masjid Hidayatullah


H I D A Y A T U L L A H
Desain bangunan masjid membentuk garis vertikal, meruncing ke atas sebagai garis imajiner “Habluminallah” yaitu hubungan antara Manusia dengan Allah, dan garis horizontal kemudian menghujam ke bawah sebagai garis imajiner “Habluminannas” hubungan antara manusia dengan sesama manusia.

Masjid Hidayatullah berupaya menampilkan sosok arsitektur Minangkabau modern, sebagai regenerasi Arsitektur Minangkabau yang diharapkan mampu menjadi identitas baru, sehingga memunculkan rasa memiliki dan mendorong jamaah untuk merawat, menjaga, dan memakmurkan Masjid Hidayatullah ini, sehingga keberlangsungan “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” dapat dirasakan berkelanjutan.

Bangunan Masjid Hidayatullah direncanakan satu lantai namun memunculkan kesan rumah panggung dengan atap lengkung merepresentasikan "Rumah Gadang Kajang Padati", Kesan panggung di perkuat dengan aksen Pilar – Pilar Masjid yang diadopsi dari bentuk lengkung menyerupai “itiak pulang patang”

Dinding Masjid Hidayatullah dirancang menerapkan prinsip perforated wall memanfaatkan sirkulasi angin laut yang berhembus pada siang hari melawati site Masjid.

Desain perforated wall menampilkan kaligrafi kufi dengan lafadz Asmaul Husna dan lafadz kalimat Syahadat yang berfungsi sebagai ventilasi udara. 40 persen dinding masjid merupakan lobang-lobang angin yang dilalui udara bergerak sehingga Masjid Hidayatullah diperkirakan dapat berfungsi normal tanpa menggunakan AC.

Ditengah perkembangan arsitektur masjid replika yang mengadopsi bentuk masjid-masjid yang ada ditimur tengah, Masjid Hidayatullah berdiri kontras dengan Eksplorasi desain yang berupaya menjangkau masa lalu dan menghubungkannya dengan masa saat ini sehingga diharapkan tercipta benang merah perjalanan Arsitektur Minangkabau dari waktu ke waktu.”